MEMEKKU GATEL
Semenjak kepergian suamiku empat tahun yang lalu,
aku harus menanggun beban keluarga seorang diri. Betapa repotnya mengurus dua
orang anakku yang masih kecil-kecil, sementara aku harus bekerja mencari
nafkah. Sedangkan keluarga dari mendiang suamiku acah tak acuh. Namun semua itu
aku jalani dengan tabah. Namun hal yang paling menyiksa saat usiaku baru
menginjak 30 tahun adalah kebutuhan batin yang sejak kepergian suami tidak
pernah terpenuhi. Hal itu aku rasakan ketika bangun tidur, setiap pagi
menjelang subuh gairah kewanitaanku selalu muncul. Aku sudah sekuat tenaga
untuk menahan diri selama tiga tahun. Namun pada pagi itu nafsu sekku tambah
bergejolak. Pentilku tegak, pengin dipilin jari-jari lelaki, apalagi memekku
gatel pengin ditusuk-tusuk kontol perkasa. Aaah..., aku mendesah panjang
berusaha menahan nasfu, namun sebaliknya itilku malah tambah ngaceng. Pengin
rasanya susu dan memekku dibelai manja tangan lelaki perkasa. Pentilku yang
dulu sering diemut oleh mendiang suami, tambah tegang. Aaaah..., aku mendesah
lagi manakala jari-jariku mengusap-usap bagian memek sama itil.
Semakin kuat aku bertahan pada birahi yang setiap
hari bergejolak, birahiku semakin kuat, aku tidak tahan, aku ingin lelaki
perkasa yang mampu menuntaskan gejolak nasfu. Sementara itu anak lelakiku yang
paling sulung sudah tumbuh menjadi remaja gagap dan tampan seperti ayahnya.
Bila melihat postur tubuh anak sulungku, maka aku teringat pada keperkasaan
mendiang suami diatas ranjang. Yaah..., dulu setiap mejelang subuh aku selalu
merasakan keperkasaan kontolnya menusuk-nusuk memekku. Bahkan ketika suami
kerja malam hari, pada pagi sekitar jam 08.00 ketika anak-anak sudah berangkat
sekolah selalu mengulangi dan menuntas gairah sekku.
Namun kali ini ketika anakku yang paling kecil
sudah tertidur pulas, aku mendesah-desah sendiri dikamar dekat anakku yang
sulung. Sengaja aku lakukan itu sambil telanjang bulat, sementara pintu kamarku
aku biarkan sedikit terbuka. Hal itu sering aku lakukan selama dua minggu,
supaya ada reaksi dari anakku yang sulung. Ternyata usahaku berhasil, ketika
malam minggu seperti biasa ketika sikecil sudah tidur pulas, aku segera masuk
kamar yang bersebelahan dengan anakku yang sudah tumbuh remaja. Aku melirik
kearah pintu yang sedikit terbuka, aku lihat anaku leleki bungsukku sedang
mengintip. Untuk memancing gairah anakku, sengaja aku telanjalang bulat, dua
kakiku aku buka lebar-lebar supaya memekku terlihat. Remang-remang lampu kamar
semakin nambah gairah nafsuku. Aaah..., sambil mendesah panjang mataku melirik
kearah ruang keluarga. Dari sana anakku walaupun masih malu-malu memperhatikan
tingkahku yang sedang naik birahi. Kemudian aku gesar kearah pintu supaya
anakku tambah jelas melihat sekujur tubuhkku yang telanjang bulat. Usahaku
berhasil, anakku mulai mendekar kearah pintu. Aku sengaja memejamkan mataku
pura-pura tidur. Aku dengar langkah kaki mendekat dan masuk kekamarku. Dari
sudut mataku yang sedikit kubuka, aku melihat anakku sedang memandang takjub
pada bagian memekku yang polos tanpa sehelai jembutnpun menempel. Lalu anakku
mengalihkan pandangannya pada bagian susu dan pentilkku yang sudah keras, tegak
pengin diremas, dibelai, dikecong. Kemudian mulai aku rasakan belaian tangan
anakku pada bagian betis, paha. Aku masih terus berpura-pura tidur sambil
mendengkur. Belaiannya terus merambat kebagian susu, pentilku mulai dipelintir.
Aaah... aku mendesah nikmata.
“Dang !! Kamu lagi ngapain.” aku pura-pura kaget dan marah.
“Habis mama tiap malam selalu berisik. Aku kaget, pengin tahu. Apa mama
sedang sakit, kok telanjang begini.” Anakku agak kikuk. Aku yang sudah birahi
tinggi tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini.
“Iya..., mama lagi sakit “ aku raih pegang tanganya yang masih
membelai susuku. “Tolong pijitin susu mama yang lagi sakit ya Dang ? “
“Ya mama.” Kemudian Dadang mulai aktif memijit-mijit susuku.
“Dang..., pentilku gatel, tolong dipijit ya.” Aku mendesah nikmat.
“Ma... Dadang boleh nggak ngisep pentil mama, kaya waktu masih banyi.”
“Sini, tiduran sambil ngisep pentil mama.” Karena aku ijinkan, anakku
tidur miring dihadapanku. Wajah anakku tenggelam dalam dua gundukan susu yang
besar dan masih padat. Aku peluk mesra tubuh anakku yang makin hangat. Sementara
Dadang makin tambah kuat ngisep pentil susuku bagian kiri, tangan kirinya meremas
susu bagian kanan. Tanganku tidak tinggal diam, membelai-belai bagian
punggungnya. Sedikit demi sedikit, kancing baju Dadang aku buka, aku raba
dadanya sambil aku piling ujung petilnya.
“Aaaah..., mama geli mama, tapi agak enakkan.” Dadang mendesah, mendengus
panjang. Aku tambah semangat menggugah
birahi anakku. Tanganku mulai turun sambil melepaskan semua kancing bajunya.
Perutnya aku usap-usap lembut. Dadang tambah menggeliat, inilah saatnya,
tanganku turun melepas celananya, menyusup pada bagian kontolnya yang sudah
tegang, pertanda kontol anakku lagi ngaceng.
“Dang susu diemut terus, aah... enak, terus...terus.” Aku mendesah
nikmat sambil tangan kananku mengocok kontol Dadang yang tambah ngaceng.
Sementara jari-jari tangan Dadang yang sebelah kanan sudah masuk dalam liang
memekku yang makin basah. Aaah... itilku tambah cenut-cenut. Kemudian kepala
Dadang aku paksa turun kearah memekku.
“Dang... memekku dijilat dong.” Pintaku dengan penuh nafsu. Dan
Dadangpun menuruti kemauanku, tanpa merasa jijik, mulutnya sudah melumat
memekku. Ah..., uuuaah...aku mendesah nikmat ketika ujung lidang Dadang
menjilat itilku yang sebesar biji kacang tanah.
“U...ukh...aaaah, itilku...iiiitiiiiiiilku mau pecah, terus Dang hisap
yang kuat.” Mulut Dadang sangat kuat menghisap-hisap itilku, seluruh tubuhku
gemetar melepas gejolak nafsu. Akhirnya aku merasa lega, ketika air pejuh
muncrat membasahai bibiri dan wajah di Dadang.
“Dang...?” Kupanggil anakku mesara.
“Ada apa mama.” Jawab Dadang sambil menyeka mulutnya yang belepotan
air pejuhkku.
“Kontolmu besar, panjang dan keras. Pasti sangat nikmat kalau
menusuk-nusuk memek mama.” Aku menghiba minta anakku segera memasukkan
kontolnya dalam lubang memekku yang makin tambah gatel. Dadangpun melenguh
panjang, ketika dua telapak tanganku meremas-remas kontolnya yang besar,
ngaceng tegang perkasa kaya tugu.
“Dang..., kamu merangkak diatas tubuh mama, nanti masukkan kontol
panjangmu kedalam belahan memekku yang ada lobangny, yaa....” Aku merubah
posisi tubuhku teletang, sambil mengangkangkan dua pahaku lebar-lebar. Tak lupa
aku menunjukkan lobang memekku pada Dadang anakku.
“Ya... mama, apa lobang memek mama tidak sakit kalau ditusuk sama
kontolku.” Dadang mengiyakan sambil menempat posisi tubuhnya bertumpu pada dua
tangannya tepat diatas tubuhku. Kontolnya yang besar dan panjang sudah
menyentuh belahan memekku, bahkan ujung celeknya yang runcing nyentul pucuk
itilku yang nonjol keluar.
“Aaaah... seetttt..., Dang nikamt banger.” Segera dua tanganku
merengkuh pantat Dadang, seketika ablaslah kontolnya dalam lobang memekku.
Bleeess..., bles..., bleesek, kontol Dadang masuk pelan-pelan. Bibirku meringis
menahan nikmatnya sentuhan kontol Dadang pada dinding-dinding lobang memekku
yang masih gatel. Akupun mengimbanginya, pantatku yang besar dan bulat aku
angkat tinggi-tinggi, membiarkan batang kontol anakku masuk semua tanpa sisa.
“Ma..., memekmu cenut-cenut, ngempot kontolku. Aaaah... itilmu nikmat
banget sayang.” Anakku sangat bahagia menikmati empotan memetku yang masih
cenut-cenut gatel. Aku biar Dadang menenggelamkan seluruh batang kontolnya
dalam lubang memekku. Sementara dua tanganku meraih ujung pentil Dadang, jariku
mengusap-usap, aku pelintir gemas. Bibir dadang meringis, mendesis seest...,
uuaah...uaaaah. Tampaknya Dadang masih bodoh urusan senggama, kontolnya masih
terus diam tertanam dalam lobang memekku. Aku maklum, anakku baru pertama kali
ngentot memek.
“Daang..., coba naik turunkan pantatmu, nanti kontolmu bisa keluar
masuk pada memek mama.” Perintahku dituruti Dadang sambil akat turun pantatnya.
“Gini ya sayang...”
“Ya... yaa... teruuus, tusuk memekku, tusuk itilku, uuuh... enak
banget kontol besarmu, lobang celekmu nggigit pucuk itilku.
Uuuuh...aaa....aaa....seeeet.” Aku meracau nikmat. Sementara Dadang tambah
semangat, tambah kuat nusuk-nusuk kontolnya yang besar memenuhi lobang memekku
yang basah tambah licin.
“Sayang..., liat dong, tuh memekmu robek, kontolku keluar masuk
merojok itilmu yang gatel. Liat...liat tuh.” Dadang memintaku untuk melihat,
akupun mengangkat kepala dan bagian punggung. Aku liat kontol panjang, aku liat
memekku terbelah, itilku nonjo keluar. Aaaah, nikmat banget celek anakku yang
masih perjaka. Aku raih lehernya, aku cium bibirnya ahhh tambah nikmat. Aku
lihat kontol anakku dengan perksasa menusuk-nusuk memekku yang sudah banjir,
air pejuhkku menetes-netes membahasi kain sprei kasur. Kemudian aku dekap erat
tubuh anakku, aku berbalik ngambil posisi diatas, duduk diantara dua paha
Dadang, sementara kontolnya yang besar dan panjang masih nancap pada lubung
turukku yang tambah ngaceng. Aku raih dua tangan si Dadang, aku letakkan diatas
dua susuku yang minta diremas, dua ujung jarinya memilin dua pentilku yang
tegang, keras dan tambah tegak.
“Aaauuhhh...., nikmat banget mamaku sayang. Dua susumu tambah kenceng,
tambah besar. Pentilmu ngaceng ya sayang...” Anak merancau, mendesih.
“Yaaa... aaakh, enak....remasanmu enak banget. Susuku..., pentilku
tambah ngaceng.” Aku yang posisi diatas terus naik turunkan pantat, rasanya
kontok Dadang tambah ngganjel. Tusukkannya tambah kuat, aaaah... uuu tubuhku
terasa ditancap benda lunak, bulat dan panjang kuat sekali.
“Daaaang...... kontolmu....oh ....uuuuuh......seeeettttt enak banget.”
Pantatku terus bergoyang menikmati tusukan-tusukan kontol yang sangat aku
rindukan.
“Saaaayang.... aku pengin kawin sama kamu, aku kangen banget sama
turukmu. Kawin sama aku yang maa....” Dadang terus meracau tak karuan.
“Yaaa.... sayang, kita kawin terus.... kawini aku Daaang. Aku sayang
kontolmu, aku pengin sempro tan air pejuhmu yang masih perjaka.” Dadang
mengangkat punggungnya, dua tangannya memeluk pinggangku, ooooh..... seeett
muluknya nyosor susuku yang membusung besar. Ujung lidahnya terasa hangat
menjilat-jilat ujung pentilku. Jadinya aku dipangku si Dadang tanpa melepaskan tusukkan kontolnya dimemekku. Dua kakiku
melingkar erat pinggang anakku, aku tidak ingin melepaskan bersatunya knontol
dan memek ini. Sampai akhirnya si Dadang menelentangkan tubuhku lagi, dari atas
Dadang sangat giat naik turunkan tubuhnya. Sementara kontolnya yang tambah
ngaceng, makin keras nusuk-nusuk memekku dan itilku seperti mau meledak.
“Uuuuuh...... aaaaaah.....” Aku menjerit keras manakala itilku seperti
mau lepas, sampai akhirnya cret....., creeeeeeeeeet.... cret... cret basahlah
memekku, basahlah kontol anakku karena air pejuhku muncrat sangat kenceng.
“Kamu... kencing sayang, kok basah banget kontolku.”
“Yaa sayang... akh....akh.....setttt... uaaaah. Aku kalau lagi kawinin
kontolmu, dari dalam memekku keluar air pejuh, iitiii........itttilllkuuuuuuuuuuu
mau lepas sayang. Itu bukan air kencing sayang, tapi air nikmatnya orang lagi
kawin.” Sementara kontol Dadang terus menggenjot memekku yang makin tambah
panas. Aku yang sudah klimak, masih terus menikmati tusukan-tusukan kontol
Dadang yang seperti memenuhi dinding-dinding lobang kawinku. Sampai akhir tubuh
Dadang jatuh, memeluk tubuhku. Segera akau raih bibirnya dengan bibirku, kami
saling melumat, kami saling mendesah, lalu kemudian memekku terasa hangat,
seperti ada air mengalir memenuhi rahimku yang sangat kehausan.
Cret.....cret....cret.... sluuuuuuuuuuuuur, keluarlah air pejuh kontol Dadang
mengisi, mengalir derah dalam lobang-lobang rahimku yang dalam. Kami berpelukan
erat, tubuh kami menempel ketat seakan tidak mau lepas. Hatiku sangat bahagia ketika
air asmara menyirami, memenuhi seluruh rongga-rongga memekku, lubang rahimku
terasanya kenyang oleh air pejuh kontol perjaka.
“Terimakasih sayang. Kontolmu.... air pejuh perjakamu jadi milikku.
Ya..... aaakh....hekh...... semprot......semprot memekku.......sirami rahimku.”
Mataku terpejam kuat saat air pejuh itu mengalir deras.
“Ya....yaaa....... uhk...... akh. Terimalah air pejuhku.” Jawab Dadang
sambil menempel, memeluk erat tubuhku. Akhirnya kami berdua tiduran, sementara
mulut Dadang tak henti-hentinya menyusu. Akhirnya kami tidur pulas, setelah dua
jam menikmati perkawinan yang sangat nikmat dan membahagiakan.
Ketika anakku yang paling kecil menangis aku bangun duluan. Semestara
Dadang yang tidur disebelahku masih tidur mendengkur. Aku lihat batang
kontolnya sadah lembek, masih dipenuhi sisa-sisa pejuh kami yang sudah
mengering. Aku bangun, pindah kamar menghampiri anaku dikamar sebelah yang
sedang menangis.
Pagi hari sekitar jam 07.00, Dadang masih tidur sangat pulas,
tenaganya terkuras habis menggenjot tubuhku. Sedangkan anakku yang kecil sudah
berangkat sekolah. Aku bergegas mandi, kusiram sekujur tubuhku dengar air
sejuk, rasanya segar sekali, aku sabuni seluruh permukaan tubuhkku yang masih
bahenol. Kuraba permukaan memekku yang masih bengkak akibat sodokan kontol
besar. Kuraba lagi permukaan susuku yang tampak bekas tanda-tanda merah bekas
gigitan si Dadang. Selesai mandi aku menyiapkan segelas air susu buat Dadang.
Aku kaget ketika dua telapak tangan meremas bongkahan pantatku.
“Sayang....., pagi ini kamu cantik sekali. Tubuhmu harum lagi.” Sapa
anakku sambil melingkarkan dua tangannya dipinggang.
“Ya jelas.... dong, aku cantik kan buat kamu.” Jawabku mesra sambil
membalikkan bada. “Tuh.... sana mandi dulu sayang, biar badanmu tambah segar.”
“Okay sayang, tapi pengin dimandiin sama kekasihku yang cantik ini.”
Jawab Dadang sambil meremas susuku yang belum tertutup kutang. Akupun menuruti
permintaan Dadang yang segera menuju kamar mandi. Akhirnya aku mandi lagi
bersama Dadang, kami saling menyiram, saling menyabuni. Karena rabaan-rabaan
itu, nafsu kami bangkit lagi. Kembali terjadi hubungan kelamin kedua kalinya
selama tiga jam. Hubungan kelamin antara aku dan anakku terus berjalan sampai
Dadangku beristri.